BAB I
PENDAHULUAN
Oleh: YHOHANNES NEOLDY, ST
HEBI RAMATUL UTAMI, S.H.I
A.
Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia dibangun melalui peradaban yang
sangat panjang dari zaman kerajaan hingga zaman modern. Keluarnya Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Otonomi Daerah, telah memberikan warna
dalam perkembangan kepemimpinan di Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Golongan
pemimpin yang identik dengan golongan tua, di mana para pemuda kurang diberikan
kesempatan untuk dapat memimpin. Namun, patut untuk disadari bahwa batasan usia
tidaklah menjamin kematangan seseorang untuk lebih maju. Pada dasarnya, pemimpin
yang baik adalah seseorang yang dapat mengemban amanah perjuangan Bangsa
Indonesia yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Sebagaimana dituangkan
dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan menjelaskan
bahwa yang dimaksud pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode
penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30
(tiga puluh) tahun.[1]
Beragam cara ditunjukkan guna membangkitkan semangat kaum muda Indonesia,
cara-cara tersebut misalnya disebarkan atau dikampanyekan lewat media, iklan
misalnya. Salah satu bukti, entah di sadari atau tidak adalah
dengan adanya tayangan iklan yang menyatakan “belum tua belum boleh
bicara”. Ini adalah suatu bukti teguran untuk para pemuda di
Indonesia, sadar atau tidak dengan tayangan tersebut sebetulnya telah
memberikan semangat kepada para pemuda untuk angkat bicara atau siap menjadi
pemimpin dengan bekal ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektualitas dengan
tidak melihat kedudukan dan jabatan orang tuanya. Apalagi banyak dari mereka yang menyandang gelar
sarjana (akademik).
Apabila melihat perjuangan Bangsa Indonesia atau yang
dikenal sebagai masa kejayaan nusantara, justru yang membawa nusantara berjaya kala
itu adalah sosok pemimpin dari seorang pemuda yang mempunyai kemauan keras
untuk memajukan nusantara. Hingga akhirnya bisa membawa nusantara berada dalam
puncak kejayaan.
Kejadian-kejadian
pada masa lalu haruslah dikenang dan di hayati. Sangat besar manfaatnya untuk
kehidupan manusia di masa yang akan datang. Karena tanpa memperhatikan peristiwa pada masa lalu tentu akan
banyak mengalami kegagalan di masa datang. Sebab kejadian pada masa laulu
adalah guru yang paling berharga. Sesuai dengan pepatah Minang, ”Mancaliak contoh ka nan sudah, Mancaliak
tuah ka nan manang”.[2]
Dengan sendirinya kegagalan pada masa lalu tidak akan terulang lagi dan
keberhasilan menjadi pendorong bagi pemuda untuk berbuat di masa yang akan
datang. Semangat yang tinggi, kemauan yang keras menjadi modal penting bagi
pemuda dalam memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat, termasuk peran
penting dalam pembangunan suatu daerah.
B.
Batasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis kemukakan di atas. Agar karya ilmiah ini lebih
terarah dan mencapai tujuan serta mengingat fakto-faktor keterbatasan yang
penulis miliki, maka penulis membatasi ruang lingkup dalam penulisan karya
ilmiah ini:
1.
Bagaimana
nilai-nilai sejarah pergerakan pemuda Indonesia?
2.
Apa
refleksi, solusi dan tantangan pemuda saat ini?
3.
Bagaimana
proyeksi pemuda Sumatera Barat dalam percepatan pembangunan daerah?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah
ini, yang menjadi tujuan penulis diantaranya adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai
sejarah pergerakan pemuda Indonesia?
b. Untuk mengetahui bagaimana proyeksi,
solusi dan tantangan pemuda saat ini?
c. Untuk mengetahui proyeksi pemuda Sumatera
Barat dalam percepatan pembangunan daerah.
2. Kegunaan penulisan karya ilmiah ini
adalah:
Dalam melakukan penulisan
karya ilmiah ini, adapun kegunaannya adalah:
a. Sebagai syarat dalam mengikuti lomba karya
tulis ilmiah dalam kegiatan Jambore Pemuda Indonesia se-Sumatera Barat.
b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan
pengetahuan sehingga menjadi motifasi guna meningkatkan pergerakan pemuda
Indonesia, khususnya Sumatera Barat.
D.
Sistematika Penulisan
Untuk
memudahkan pembahasan dalam penulisan karya ilmiah ini, maka penulis membaginya
dalam beberapa pembagian, dengan perincian sebagai berikut:
BAB I, merupakan
BAB Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah,
Tujuan dan Kegunaan Penulisan serta Sistematika Penulisan.
BAB II,
merupakan BAB Pembahasan yang terdiri dari dua sub BAB, yaitu pada Sub A
membahas tentang Pemuda dan Sejarahnya yang terdiri dari Pengertian Pemuda,
Sejarah Kepemudaan Indonesia dan Organisasinya. Pada Sub B, membahas tentang
Pemuda dari Masa ke Masa yang terdiri dari Meneropong Pemuda Masa Lalu, Pemuda
Indonesia Hari ini, dan Pemuda dan Pergerakannya.
BAB III,
merupakan BAB yang berisikan Nilai-nilai Sejarah Pergerakan Pemuda Indonesia
yang terdiri dari Refleksi Diri Pemuda, Solusi dan Tantangan Pemuda Saat ini,
dan Peran Pemuda Sumatera Barat dalam Pembangunan Daerah
BAB IV,
merupakan BAB Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemuda dan Sejarahnya
1. Pengertian Pemuda dan Sejarah Pemuda
Kata
pemuda memiliki beberapa defenisi. Baik ditinjau dari fisik maupun phisikis
akan siapa yang pantas disebut pemuda serta pertanyaan yang muncul apakah
pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Terlebih lagi bila
dikaitkan dengan makna hari Sumpah Pemuda.
Sedangkan
mengenai pemuda, secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth
yang diterjemahkan sebagai pemuda memiliki definisi: (1) a young person,
(2) the time of life between childhood and maturity, (3) early
maturity. Sementara itu, International Youth Year yang
diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai
kelompok pemuda.[3] Sedangkan
dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people,
sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun.[4]
Sementara menurut KBBI, pemuda diartikan sebagai
orang muda laki-laki, remaja, teruna.[5]
Selain itu, al-qur’an juga memberikan defenisi berbeda tentang pemuda. Dalam
kaidah bahasa Qurani pemuda atau yang disebut “asy-syabab” didefinisikan dalam
ungkapan sifat dan sikap seperti:[6]
a.
berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap
tatanan sistem yang rusak. Seperti kisah pemuda (Nabi) Ibrahim.
b.
memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu,
optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam dengan perkataan.
Seperti tergambar pada kisah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua3.
seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai.
Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa.
Jadi, dengan demikian dapat disumpulkan bahwa pemuda adalah
sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik
yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dan sifat
lainnya yang disadari dan dilkakukan dengan semangat muda. Kelemahan mecolok
dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan
kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik
berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu
sendiri.
Sejarah diartikan dengan kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo.[7]
Sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan
dan kegagalan dari seseorang atau suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah
ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan
manusia sepanjang sejarah. Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai
sejarah dan pentingnya belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf
dari Spanyol, George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa
lalunya, dikutuk untuk mengulanginya”.[8]
2.
Sejarah Kepemudaan Indonesia dan Organisasinya
Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia, diperingati tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Namun
momen penting ini tidaklah berdiri sendiri, Sumpah Pemuda lahir sebagai hasil dari
serangkaian perjuangan-perjuangan Bangsa Indonesia sejak ribuan tahun silam
dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Seperti kita ketahui bersama, sebelum tahun 1928,
perjuangan telah dimulai sejak abad ke-17, dimana waktu itu
perlawanan-perlawanan secara fisik dari berbagai daerah muncul akibat kekejaman
dan penindasan kaum penjajah. Tak heran, perlawanan datang dari berbagai daerah
di nusantara ini. Mulai dari Mataram di tahun 1628 dan 1629, kemudian
perlawanan dari daerah Sulawesi, Ambon, demikian pula di Sumatera. Perlawanan
lainnya pun muncul dengan tujuan yang sama mengusir penjajah dari bumi
Indonesia. Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut tidak membawa
hasil yang diharapkan karena politik penjajahan
Belanda waktu itu mampu menaklukkan semua perlawanan. Belanda mampu menaklukkan
hampir seluruh wilayah nusantara sehingga bangsa ini semakin mengalami
penderitaan panjang.[9]
Menyadari hal itu, semangat dan jiwa patriotisme yang
dimiliki para pemuda Indonesia menjadi bekal bagi mereka untuk melakukan
perlawanan dalam bentuk lain. Perlawanan dari pemuda Indonesia bukan hanya
dalam arti fisik, melainkan melalui organisasi pemuda. Pertama, lahirlah Budi
Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908. Momen ini kemudian dijadikan sebagai
tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia dalam pergerakan kebangsaan
Indonesia, yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tahun 1911 muncul Sarekat Islam yang didirikan oleh
HOS Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah menjadi Sarekat Dagang Islam.
Selain itu di tahun yang sama, berdiri pula Indische Partai yang dipimpin oleh
tiga serangkai yaitu Danudirdja Setia Budi, Ki Hajar Dewantara dan Tjipto
Mangunkusumo. Tujuan politiknya sangat jelas yaitu untuk membebaskan Indonesia
dari penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini kemudian dibuang karena dianggap
membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia Belanda melalui tulisan-tulisannya
yang tajam di surat kabar. Demikian pula gerakan dan aksi-aksi yang mereka
lakukan.[10]
Organisasi-organisasi lain-pun kemudian bermunculan,
namun belum memberikan harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu
menghadapi dan memberikan perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka
lakukan masih sendiri-sendiri.
Setelah menyadari kondisi seperti itu, keadaan pun
berubah. Para pemuda kemudian menyatukan diri dan mengusung rasa kebangsaan
yang selama ini belum tersentuh. Hal ini yang kemudian melahirkan Kongres
Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Kala itu cita-cita persatuan menjadi tujuan
utama para pemuda.
Rasa kebangsaan dan persatuan itu mencapai puncaknya
dengan kemunculan pemuda bernama Soekarno, anggota Jong Java. Ia terus
mengobarkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai landasan untuk
mencapai kemerdekaan. Pemuda yang kemudian terkenal dengan julukan Bung Karno
ini mendasarkan perjuangan mencapai kemerdekaan pada kekuatan sendiri, anti
kapitalisme dan imperialisme serta non-cooperation atau tak bersedia bekerja
sama dengan Hindia Belanda.
Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia,
maka diadakan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 27 – 28
Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh berbagai perhimpunan pemuda yang ada di
Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928 itulah kemudian dicetuskan
Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang. Dalam kongres kedua ini
juga untuk pertama kalinya Lagu Kebangsaan Indonesia ciptaan WR. Supratman
dilantunkan. Lagu tersebut dilantunkan di hadapan pemuda peserta kongres dengan
iringan biola Wage Rudolf Supratman. Sumpah Pemuda sebagai tonggak sejarah
perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah nusantara mencapai
cita-cita bersama.[11]
Kata-kata keramat yang dicetuskan dalam Kongres II
Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam diri setiap anak bangsa.
Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pun
tak berhenti hingga mencapai puncak dengan diproklamasikannya Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
B.
Pemuda dari Masa ke Masa
1. Meneropong Pemuda Masa Lalu
Boedi Oetomo sebagai organisasi yang
lahir pada tahun 1908 mengawali kebangkitan Bangsa Indonesia (Kebangkitan
Nasional). Mereka hadir sebagai
pemuda-pemudi yang siap berada digarda terdepan dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
Delapan
puluh tiga tahun silam, pemuda-pemudi Indonesia, putra-putri terbaik bangsa
saat itu telah menghasilkan tiga sumpah (janji) penting yang sangat menentukan
masa depan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik yaitu meraih kemerdekaan.[12]
Sumpah tersebut dihasilkan dalam peristiwa Kongres Pemuda ke-2, di Jakarta, tepatnya
di Jalan Kramat Raya no.106, yang sekarang telah menjadi Museum Sumpah Pemuda,
tanggal 28 Oktober 1928. Adapun bunyi Sumpah Pemuda tersebut adalah sebagai
berikut:
Kami putra dan putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa
Indonesia
Ketiga butir sumpah tersebut
merupakan hasil kesepakatan dan keputusan Kongres Pemuda ke-2, yang masih dalam
suasana kolonialisme Hindia Belanda. Namun dengan tekad dan semangat tinggi,
mereka berkumpul dan bersatu dalam rangka perubahan nasib bangsa Indonesia,
sekalipun mereka berasal dari berbagai pelosok wilayah Indonesia yang satu sama
lainnya terpisah dengan jarak yang sangat jauh, lebih lagi dengan sulitnya
transportasi kala itu
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928
Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat
Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa
Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan
rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis
pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda
untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia,
tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil
mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Sesuai namanya, Sumpah Pemuda dirumuskan oleh para
pemuda. Mereka kemudian menjadikannya sebagai dasar untuk membangkitkan rasa
nasionalisme. Para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan bersama-sama.
Perlu kita ketahui, Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang
melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Mereka berpikir tidak akan bisa
membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri.
Kegagalan dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme harus
dipadukan. Karena itu, diadakanlah Kongres Pemuda I dan II. Mereka menjadi
satu, menjadi “Pemuda Indonesia”. Semangat persatuan para pemuda dulu harus
diikuti pemuda masa kini. Yaitu, dengan mengisi kemerdekaan. Istilah pemuda
atau generasi muda umumnya dipakai sebagai konsep untuk memberi generalisasi
golongan masyarakat yang berada pada usia paling dinamis, yang membedakan dari
kelompok umur anak-anak dan golongan tua. Sementara secara kultural, pemuda
adalah produk sistem nilai yang mengalami proses pembentukan kesadaran dan
pematangan identitas dirinya sebagai aktor penting perubahan.
Sejarah kemerdekaan
Indonesia telah membuktikannya, perjuangan pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan adalah berkat perjuangan kaum muda pada
saat itu. Kilas balik sejarah, penulis sedikit mengutip percakapan antara
Soekarno-Hatta dan pemuda Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu
yang juga menimbulkan pro dan kontra antara organisasai pemuda yang diketuai
oleh Chaerul Saleh dan kelompok tua diketuai oleh Bung Karno. Tanggal 15
Agustus 1945 dengan kepala panas kelompok muda menentang Soekarno dan mendesak
agar segera memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak
karena beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara
Indonesia, ”Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi
!” kata pemuda Chaerul Saleh demi meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan
pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara
Jepang. ”Kita harus segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni
berapi-api. ”Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka
bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ”Jika
Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat
terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”
Soekarno langsung ikut naik darah dan berdiri menuju
Wikana sambil berkata: ”Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan
potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !”.
Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita
sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan
di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya
katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk
memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan
kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?”
Namun, para pemuda terus mendesak, ”Apakah kita harus
menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun
Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ”
Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya ? Mengapa
bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?”.
Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata, “…
kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan
kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya
? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk
menyelamatkan perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan
kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari
Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan
sendiri “.
Bila menghayati lebih dalam kutipan percakapan di atas, harus diakui bahwa
salah satu pionir yang paling berperan dalam tatanan kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara adalah pemuda. Pemuda merupakan sekelompok orang yang masih
terbilang muda serta memiliki potensi yang beragam. Keberadaannya, tentunya
sangat diharapkan lahirnya potensi-potensi yang berguna bagi bangsa dan negara.
Generasi yang bisa dikatakan sebagai kelompok yang paling memiliki semangat
tinggi, semangat menyala-nyala yang terkadang meluap-luap.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun
1966 memang berhasil digagalkan angkatan bersenjata, namun tanpa peran pemuda
dan ormas lainnya keberhasilan ini tentu tidak akan berjalan lancar. Tahun
inilah awal berdirinya pemerintahan orde baru dibawah kekuasaan Soeharto.
Pemerintahan Soeharto memang menunjukkan perkembangan bagi bangsa Indonesia.
Kemakmuran rakyat meningkat, kesejahteraan mulai tampak. Namun kekuasan
Soeharto ternyata lebih mengedepankan asas kekeluargaan, pemerintahan orde
baru-pun disebut-sebut sebagai pemerintahan rapuh dan kropos akhirnya jatuh
disaat krisis moneter melanda Indonesia.
Pemuda kembali unjuk gigi, 32 tahun rezim orde baru
berkuasa berhasil diakhiri. Bersatunya pemuda dan mahasiswa meminta Soeharto
mundur terwujud, dan masa otoriter berakhir kemudian beralih ke masa reformasi.
Tahun 1998, awal mula berjalannya era reformasi. Era ini dianggap sebagai zaman
kebebasan bagi rakyat.
2. Pemuda Indonesia Hari Ini
Betapa
pentingnya peran pemuda dalam bagi suatu bangsa. Sebab itulah, pemuda pada
dasarnya harus ada dan mutlak adanya. Sebab pemuda sebenarnya merupakan sosok
yang paling memiliki power untuk mengarungi sendi-sendi kehidupan bangsa dan
negara ke depan. Pemuda jualah yang menjadi harapan untuk mengkritik
setiap-setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
memberikan solusi yang cerdas untuk mengatasi permasalahan. Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi
pelanjut dan pelurus.
Namun ini,
dimana semangat para pemuda itu? Para pemuda sekarang mayoritas hanya diam, peduli pada nasib masing-masing.
Jiwa nasionalis dan sosial seakan memudar. Kalaupun ada yang peduli pada nasib
bangsa ini, jumlahnya tidak lebih besar dari yang apatis.
Rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan harus tetap
dijaga dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangan sampai kerja keras para
pemuda pada masa perjuangan dahulu terbuang percuma dengan kondisi Bangsa
Indonesia di masa sekarang. Sumpah Pemuda yang disebut-sebut menjadi adalah
salah satu tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita
telah ketahui, ada tiga butir penting Sumpah Pemuda, yaitu bertanah air satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu. Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi
negara kita. Bagaimana semangat pemuda dulu? Bagaimana pula kenyataan pemuda
pada masa kini?
Tetapi kini, terkadang kita dibuat sedih dengan
kenyataan para pemuda Indonesia saat ini. Semangat mengisi kemerdekaan mereka
sangat kecil, bahkan kadang malah merusak. Hanya karena sedikit salah paham,
para pemuda sekarang bisa tawuran. Tawuran antar pemuda tidak mengenal lokasi
dan tingkat kedewasaan. Pemuda desa yang satu rusuh dengan pemuda kampung yang
lain. Ada juga tawuran antar sekolah dan antar universitas. Bahkan siswa
Sekolah Dasar (SD) mulai menirukan para kakak-kakak mereka tersebut. Mereka
menghancurkan semangat Sumpah Pemuda.
Masalah beberapa pemuda masa kini, bukan hanya emosi
yang tak terkendali. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri
tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba,
hura-hura, pesta-pora, hingga seks bebas.
Penulis menyimpulkan, pemuda saat ini terlalu terlena
dengan kemudahan-kemudahan yang ada. Untungnya, tidak semua pemuda zaman
sekarang seperti mereka, yang menghancurkan diri dan bangsanya. Masih banyak
generasi penerus bangsa yang masih peduli dengan lingkungan dan menjunjung
tinggi semangat Sumpah Pemuda. Ada beberapa indikasi sebagai penyebab masalah
dikalangan pemuda hari ini:[13]
1.
Masih
relatif rendahnya tingkat pendidikan pemuda;
2.
Masih
relatif tingginya tingkat pengangguran pemuda;
3.
Masih
relatif rentan terhadap perilaku menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, sex
bebas, pornoaksi, pornografi, dll);
4.
Adanya
kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di desa;
5.
Adanya
kecenderungan munculnya perilaku kekerasan di sebagian kalangan pemuda;
6.
Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh terhadap
masalah moral dan akhlaq mulia di
sebagian kalangan pemuda;
7.
Adanya
kecenderungan meredupnya nasionalisme di sebagian kalangan pemuda;
8.
Masih
terbatasnya prasarana dan sarana pembangunan kepemudaan;
9.
Belum
maksimalnya koordinasi 21 Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program kepemudaan.
Namun disisi lain, tidak semua pemuda seperti itu. Masih
ada pemuda Indonesia masa kini yang berprestasi di bidang pendidikan, olahraga,
teknologi, perdamaian, seni, dan lain-lain. Sebut saja Taufik Hidayat atlet
bulutangkis Indonesia yang telah menorehkan sejarah di tingkat dunia.
Jadi menurut hemat penulis, kenyataan pemuda saat ini
adalah ada yang melupakan semangat Sumpah Pemuda. Ada pula yang tetap memegang
teguh. Yang tetap setia kita dukung dan mencontohnya. Sementara yang lupa, kita
ingatkan agar kembali ke semangat para pemuda dulu.
Jika pada masa dulu, kaum penjajah yang memecah belah
bangsa Indonesia, bukan tidak mungkin persatuan dan kesatuan yang selama ini
kita bina akan terkoyak oleh ulah bangsa sendiri. Bahasa Indonesia yang selama
ini diakui sebagai bahasa persatuan rusak justru oleh perilaku bangsa sendiri.
Kontras, dengan kondisi dan perjuangan pemuda zaman dulu yang demi persatuan
dan kesatuan bangsa, mereka berani mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan fikiran,
bahkan jiwa sekalipun.
Akhirnya, mari teruslah kita jaga nasionalisme dalam
hati kita, dan kita selalu pupuk, agar menghasilkan karya nyata, sehingga dapat
memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa yang kita cintai ini, yaitu bangsa
Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda, maju terus pemuda Indonesia, raihlah
kejayaan bangsa dan negara.
3.
Pemuda dan Pergerakannya
Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan
martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah
harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda
Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo
pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai
kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang
satu.[14]
Atas desakan para pemuda, akhirnya Bung Karno dan
Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945.
Moment ini bertepatan dengan kekalahan Jepang (yang saat itu menjajah Indonesia)
pada perang Dunia II. Tidak hanya sampai disitu, gerakan pemuda berlanjut pada
tahun 1966. Kita semua tahu ditahun tersebut dikenal dengan masa revolusi, kaum
muda terlibat secara langsung dan menolak ideologi komunis. Kemudian pada tahun
1974 terjadi gerakan pemuda sebagai reaksi dari kebijakan pemerintah Orde Baru
yang tidak transparan. Puncak gerakan pemuda dari berbagai unsur terjadi pada
tahun 1998. Pemuda Indonesia menolak dengan tegas system pemerintahan otoriter
dan menorehkan sejarah dengan menggulingkan rezim orde baru menjadi era
reformasi.
Semua itu merupakan pengukuhan penting terhadap peran
kaum muda dalam memperjuangkan idealism bangsa. Sejak era sebelum kemerdekaan,
kaum muda selalu terdorong untuk melakukan penolakan terhadap ketidakadilan.
Pada masa itu mereka diasah melalui kelompok diskusi atau organisasi kepemudaan
dengan struktur dan mekanisme yang masih sangat sederhana.
Tapi sayang, setelah era reformasi pemuda terkesan
ideologis, pragmatis bahkan materialistis. Aksi dan gerakannya kurang focus,
tidak memiliki visi bersama, dan bahkan terkotak-kotak. Disebabkan tidak adanya
arah yang jelas ataupun kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu
diperlukan pengenalan kembali fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa,
yang sebelumnya tidak pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun
bergulir sesuai konteks dan zamannya. Di masa lalu pemuda lebih mengedapankan
semangat bela negara untuk lepas dari tangan penjajah. Namun seiring perjalanan
waktu, perkembangan zaman, dan tuntutan hidup semangat tersebut berubah. Hal
ini jelas terlihat melalui banyaknya pemuda yang memiliki sikap pragmatis dan
apolitis. Memang tidak semua pemuda Indonesia memiliki jiwa yang lemah namun
melihat keadaan saat ini, dikhawatirkan semangat 1928 hilang dari diri para
pemuda Indonesia. Hal ini akan berakibat pada hilangnya jiwa nasionalisme yang
berarti hilangnya kecintaan kepada bangsa dan negara.
BAB III
NILAI-NILAI SEJARAH PERGERAKAN
PEMUDA
INDONESIA
A. Refleksi Diri Pemuda
Refleksi
berarti gerakan, pantulan diluar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal
atau kegiatan yang datang dari luar.[15]
Pemuda yang merupakan suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai
macam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat
dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan
melanjutkan estafet pembangunan.
Merefleksikan kembali peristiwa sumpah pemuda yang
terjadi 83 tahun silam adalah bagian dari upaya menatap masa depan. Semangat
kesatuan senasib sepenanggungan dan rasa memiliki tanah air menjadi alasan
mengapa tercetusnya momentum sumpah pemuda. Kemudian nasionalisme adalah bekal
para golongan muda masa itu untuk berhimpun dan bersatu dalam peristiwa heroik
28 Oktober 1928.
Peran penting dari seorang pemuda adalah pada
kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu
keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan menjadi sebuah kata yang
memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang
mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim
status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja
seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahir sosok
pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan pasti lebih baik.[16]
Lantas apa yang harus dilakukan pemuda sekarang untuk
membuktikan masih tersimpan adanya semangat Sumpah Pemuda? Cukupkah hanya
dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada ritual peringatan Sumpah Pemuda? Atau
perlu mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda versi ketiga? Jawaban yang pasti ada dalam
diri masing-masing pemuda. Apa yang dapat diberikan pada negara tercinta ini
tentu berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda mempertaruhkan
nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka
cita-citakan, kita tidak perlu lagi melakukannya.
Wajar mengapa golongan muda selalu dielu-elukan
sebagai ahli waris estafet perjalanan bangsa di masa yang akan datang. Sebab,
generasi muda adalah yang golongan yang mampu berdiri atas idealismenya dan
berjuang menurut sisi-sisi keidealan.
Saat ini yang dapat diberikan kepada bangsa adalah
prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat Indonesia. Misalnya ikut
berpartisipasi dalam perlombaan dalam kancah-kancah internasional seperti
Olimpiade. Sebagai pemuda Indonesia kita harus bangga hidup di Indonesia dan
harus tetap mempertahankan jiwa-jiwa nasionalisme dan cinta tanah air. Siapa
lagi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa kalau bukan kita
sebagai pemuda Indonesia?
B.
Solusi dan Tantangan Pemuda Saat ini
Saat ini peran pemuda mendapat tantangan dari berbagai
macam bentuk, pemuda saat ini di tantang dengan kondisi zaman yang semakin
bebas dan tidak terkendali. Sehingga pengaruh lingkungan mampu mengarahkan
pemuda ke arah yang tidak produktif. Globalisasi yang semakin bebas saat ini
membuat para pemuda terbuai untuk menikmatinya kedalam aktivitas yang membuang-buang
waktu. Contoh seperti bergaya seperti budaya barat, gemar bermain di club malam
dan discotik, serta aktivitas lainnya. Selain itu, saat ini pemuda kebanyakan
memiliki kemauan yang rendah untuk mendidik diri serta mengggali potensi diri
yang ada. Pemuda juga belum memiliki sebuah visi dan kemauan yang kuat untuk
berbuat kepada masyarakat dan bangsa. Banyak pemuda yang diberikan kesempatan
untuk duduk di perguruan tinggi, tapi menghabiskan waktu untuk hal-hal yang
tidak bermafaat. Perguruan tinggi terkadang dimanfaatkan hanya untuk mendapat
gelar sarjana.
Mengahadapi situasi dan kondisi yang melemahkan
pergerakan pemuda saat ini, harus ada upaya dari para pemuda demi membuktika masih
tersimpan adanya semangat Sumpah Pemuda. Tidaklah cukup hanya dengan
mengikrarkan Sumpah Pemuda pada ritual peringatan Sumpah Pemuda saja, atau
perlu mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda versi-versi selanjutnya. Jawaban yang
pasti itu ada dalam diri masing-masing pemuda. Apa yang dapat diberikan pada Indonesia,
memang tidak sama dan tentu berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para
pemuda mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa
yang mereka cita-citakan, maka kita tidak perlu lagi melakukannya.
Saat ini yang dapat diberikan kepada bangsa adalah
prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat Indonesia. Misalnya ikut
berpartisipasi dalam perlombaan dalam kancah-kancah internasional seperti
Olimpiade. Sebagai pemuda Indonesia kita harus bangga hidup di Indonesia dan
harus tetap mempertahankan jiwa-jiwa nasionalisme dan cinta tanah air.
Beberapa kalangan menganggap pemuda saat ini bermental
pragmatis. Ada pula yang menyebut makin terkikisnya spirit nasionalisme, anak
muda cenderung cuek, apatis dan senang mencari jalan pintas (instan).
Mereka saat ini dianggap lemah, kurang gigih dan kehilangan identitas diri.
Belum lagi jika harus dirunut masalah lain seperti kasus tawuran,
konflik, pergaulan bebas, pengguna narkoba, lemahnya daya saing hingga
angka pengangguran yang cukup besar.[17]
Menurut penulis, kritikan diatas memang wajar,
mengingat fakta yang ada saat ini. Kritikan itu itu diperlukan agar menjadi
pemacu bagi kaum muda saat ini untuk bangkit. Berkaca pada sejarah, bandingkan
dengan torehan tinta emas generasi tempo dulu. Dimana pemuda Indonesia berikrar
dalam sebuah sumpah yang begitu mempesona.
Lantas pertanyaannya, dimana pemuda hari ini, disaat
bangsa menghadapi kepungan masalah. Sebenarnya ada poin progresif dalam
Undang-undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Dalam konteks UU diatas,
terdapat 3 isu strategis yang dapat dipahami dalam pembangunan pemuda yaitu
program penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan pemuda. Penyadaran pemuda
adalah kegiatan yang diarahkan untuk memahami dan menyikapi perkembangan dan
perubahan lingkungan. Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi
dan peran aktif pemuda. Sedangkan pengembangan pemuda diprioritas melalui
pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan.
Memasuki abad dua puluh satu, kenyataan yang
berkembang ditengah masyarakat, terjadinya lonjakan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Hal itu ditandai dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi. Suatu gejala yang disebut dengan arus
globalisasi. Era globalisasi disadari mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
suatu bangsa, termasuk kemajuan pendidikan dikalangan pemuda. Tidak semua
perkembangan itu memberikan hasil positif, namun juga berdampak negatif. Karena
globalisasi juga membawa perubahan perilaku, terutama pada generasi muda
(para remaja). Dunia remaja disibukkan dengan hal yang tidak menggembirakan.
Menyikapi polemik yang terjadi ditengah-tengah pemuda
hari ini, ada beberapa hal yang perlu ditelaah dan dilakukan demi mengarahkan
pemuda kepada pencapaian prestasi, dengan membentuk generasi masa depan.
Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam pentas dunia. Karena itu, generasi
muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai
dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era globalisasi.[18]
Perkembangan bangsa ke depan banyak ditentukan oleh
peranan remaja/pemuda sebagai generasi penerus dan pewaris. Kita memerlukan generasi
yang handal, dengan beberapa sikap:[19]
1.
daya kreatif dan innovatif, dipadukan dengan kerja
sama berdisiplin,
2.
kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi,
3.
tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita
baru di era kesejagatan.
4.
memahami nilai‑nilai budaya luhur,
5.
siap bersaing dalam knowledge based society,
6.
punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi
yang menjaga destiny,
7.
individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai
mulia iman dan taqwa,
8.
motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan
taat beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen perubahan,
9.
memahami dan mengamalkan nilai‑nilai ajaran Islam
sebagai kekuatan spritual, yang memberikan motivasi emansipatoris dalam mewujudkan
sebuah kemajuan fisik‑material, tanpa harus mengorbankan nilai‑nilai
kemanusiaan.
Pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan
kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena asas Kepemimpinan adalah
kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri pemimpin yang baik adalah:[20]
1.
Berilmu, berakhlak, berintegritas, professional,
dan pandai
2.
Dapat membuat keputusan dan bertangguing jawab
atas keputusannya.
3.
Dapat mempengaruhi bukan dipengaruhi dan mampu
menjadi contoh
4.
Bersedia mendengar masukan dan kritik
5.
Bisa memberi semangat dan motivasi
Selain itu, pembentukan karekter pemuda juga akan
member dampak positif dalam perkembaganannya, dalam bentuk:[21]
1.
Masa depan sebuah bangsa ditentukan karakter pemuda.
Sangat jelas dalam ingatan dan sangat dalam tertanam dalam jiwa bahwa pemuda
harapan bangsa. Karena ungkapan itu disampaikan berulang ulang dari dulu sampai
sekarang. Apalagi kesadaran itu juga diperkuat dengan fakta sejarah yang
menunjukkan bahwa momentum momentum penting pergerakan sejarah bangsa tidak
lepas dari peran pemuda yang sangat signifikan, mulai dari kebangkitan
nasional, proklamasi kemerdekaan, orde baru, sampai orde reformasi..
2.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa
tidak selalu ditentukan usia bangsa, sumber daya alamnya, atau rasnya. Kita
tentu bisa melihat Australia yang usianya jauh lebih muda dari Yunani, tetapi
soal kemajuan bangsa jelas Australia jauh lebih unggul.
3.
Kita juga bisa melihat Indonesia, negeri kita tercinta,
yang jauh lebih kaya sumber daya alamnya daripada jepang, tetapi bicara tentang
kemajuan, kita jelas ketinggalan.
4.
Bukti tentang ras ditunjukkan dengan sangat jelas,
dengan mulai melesatnya bangsa bangsa asia, seperti India dan cina yang telah
melampaui kemajuan negara negara sebagian eropa. Tentu saja kemajuan bangsa
dalam hal ini ditandai dengan kemajuan ekonomi, teknologi, pendidikan dan
kesehatan.
Pendidikan khususnya olah raga memiliki peluang yang
sangat memungkinkan untuk membantuk karakter generasi bangsa. Selain membentuk
dan membina sisi jasmaniah, olah raga merupakan media efektif untuk membina
karakter. Menurut teori Piaget, aktivitas jasmani sendiri termasuk gerak di
dalamnya merupakan akar dari pertumbuhan proses dan struktur psikologis. Satu-satunya
kondisi yang menyebabkan kejahatan dan hal-hal buruk merajalela adalah ketika
orang baik-baik tidak melakukan apa-apa.[22]
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa semestinya kaum muda
harus berani bersikap merombak watak budaya politik yang menjadikan kekuasaan
dan uang sebagai tujuan. Pemuda juga harus memperkuat komitmen penegakan hukum
dan memfungsikan partai politik dan badan legislatif sebagai arena perjuangan
kepentingan rakyat. Selanjutnya pemuda juga harus membantu dan mendorong
birokrasi yang bersih, profesional, dan berorientasi pada pelayanan. Upaya
generasi muda juga dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan sikap atau kepribadian
yang baik dan diiringi peran serta dukungan pemerintah.
C.
Peran Pemuda Sumatera Barat dalam Pembangunan
Daerah
Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan
generasi muda sebagai pilar penggerak, pengawal jalannya reformasi, dan
pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas,
pemuda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi
dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini, justru banyak generasi
muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi, dan terlibat pada
kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui generasi muda terlahir
inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang ada.
Generasi muda yang mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, mesti
mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk membangun bangsa dan
Negara.
Masyarakat
membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang
punggung masyarakat. Generasi tua memilki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil peranan yang
menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad yang membaja
serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis pemuda menjadi motor
bagi pembangunan masyarakat.
Keluarnya
Undang-undang no 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, menunjukkan
bahwa ini merupakan salah satu UU sebagai rangkaian dari kebijakan pelaksanaan
Otonomi Daerah, dan sebagainya. Jika otonomi dijalankan maka banyak segi positif
yang didapat di antaranya masyarakat bisa-bisa menentukan menentukan kebijakan
sendiri untuk pengelolaan wilayahnya, sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan
identitas dan ciri khas wilayahnya, aspirasi masyarakat lebih terserap dan
mudah untuk diikuti sertakan secara langsung. Namun ada banyak tuntutan yang
harus dipenuhi untuk pelaksanaan prinsip otonomi daerah ini. Antara lain
pemahaman masyarakat tentang otonomi itu sendiri, pilihan secara sadar dari
masyarakat akan posisi mereka dan peran mereka dalam pembangunan, sumber daya
manusia sebagai pelaksana dan sumber dana untuk biaya pelaksanaan pembangunan
masyarakat.
Bagi masyarakat kata kunci dari otonomi daerah adalah
‘partisipasi’ dan lebih jelas lagi partisipasi ini adalah partisipasi dalam
tataran ide atau prakarsa selanjutnya baru pada tahap pelaksanaan dan
pengawasan. Salah satu pilar kekuatan bangsa dalam melanjutkan cita-cita dan
arah implementasi pembangunan, adalah ikutsertanya peran pemuda dalam mengisi
pembangunan tersebut. Namun peran serta itu tidak akan berarti apabila mental
pemuda terpampang citra buruk. Diantaranya keterlibatan pemuda dalam aksi teror
dan tindakan radikal.
Ke depan, kiprah pemuda berlatar
aktivis-intelektual-entrepreneur akan makin banyak masuk dalam kekuasaan.
Kekhawatiran atas kiprah mereka amat wajar, mengingat iklim perselingkuhan
“uang dan kekuasaan” yang dilakoni jenis elite “penguasa-pengusaha” itu kini
tengah mendominasi wacana dan praktik politik mutakhir di Indonesia. Pemuda
sejatinya bisa menjawab tantangan dan kebutuhan zamannya, yaitu menuntaskan
agenda reformasi yang terus tertunda.
Pembangunan di Sumatera Barat tentunya berupaya
menciptakan fasilitas umum yang mampu menunjang dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah daerah mencanangkan beberapa program kerja demi mencapai
dan mewujudkan hal tersebut.
Menurut Adib Alfikri, Ketua KNPI Sumbar, “sejarah
telah mencatat bahwa perubahan yang dialami bangsa ini, tidak terlepas dari
peran serta dari para pemuda. Makanya disetiap event yang ada, pemuda harus
selalu siap tampil terdepan untuk menciptakan sebuah perubahan. Daerah yang
tidak melibatkan pemuda dalam pembangunan, maka yakin daerah tidak menghasilkan
pembangunan sesuai yang diharapkan. Kurangnya peran pemuda ikut serta dalam
membangun daerah, karena belum dibukanya ruang seluas-luasnya kepada pemuda
untuk berinovasi dan berkarya minimal ikut memberikan kontribusi pemikiran
dalam membangun daerah ke arah yang lebih baik.[23]
Peran serta pemuda dalam pembangunan daerah akan
sangat terasa bila hal itu terwujud. Betapa tidak, pemuda mempunyai power yang
dapat mengarahkan dan mengendalikan situasi jika ia berbuat. Bila potensi itu
dituangkan dalam bentuk partisipasi terhadap upaya pemerintah dalam pembangunan
daerah.
Mengoptimalkn peranan
Pemuda dalam Pembangunan daerah adalah bentuknya, pemuda selalu
menempati peran
strategis dari setiap peristiwa penting, bahkan dapat
dikatakan pemuda menjadi tulang punggung perjuangan melawan penjajahan. Selain
sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat pemerintah,
pemuda juga Indonesia juga aktif melakukan kritik, peran yang disandang pemuda
sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda. Pemuda memiliki
idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif dan memiliki energi besar bagi
perubahan sosial. Selain itu, melihat batasan usia seseorang dikatakan pemuda
berkisar 16-30 tahun membuat pemuda mempunyai peluang besar untuk menempati
posisi strategis dan penting sebagai pelaku pembangunan mauoun generasi penerus
dimasa datang.
Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat mengimbau para
pemuda mengembangkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat berbuat dalam membantu
pembangunan daerah maupun nasional. Pemuda juga harus memupuk sikap disiplin
dan berakhlak baik serta menjauhkan diri dari berbagai penyakit sosial. “Kalau
pemuda menegakkan disiplin, yakinlah dalam menjalankan usaha akan berhasil,”
pemuda Sumbar masih memiliki peran bagus di tengah-tengah masyarakat. Tapi,
tetap masih ada yang perlu ditingkatkan, khususnya karater berusaha, sehingga
mengurangi pengangguran. Langkah menuju Indonesia berdaya saing dan bermartabat
sangat tergantung pada karakter pemuda yang kokoh. Karakter yang kokoh
dicirikan semangat patriotik, jiwa nasionalis, jati diri yang mengakar dan
berwawasan luas serta kecerdasan yang mencerahkan.[24]
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tulisan dari karya ilmiah ini, maka
penulis memberikan beberapa kesimpulan bahwa:
1.
Pemuda di Indonesia seperti diatur dalam Undang-undang
tentang Kepemudaan, sesuai batas usia yang ditetapkan antara 16-30 tahun adalah
termasuk golongan produktif, yang berarti pemuda merupakan pilar penerus
perjuangan bangsa karena pada usia tersebut tingkat kreatifitas dan semangat
seseorang sangat baik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya, dan
generasi muda juga mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, mesti
mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk membangun bangsa dan
Negara.
2.
Seorang pemuda dituntut untuk tidak apatis (masa bodoh) atas
segala masalah yang menimpa bangsa dan negara. Pengaruh globalisasi ataupun
masalah bencana alam sampai bencana sosial ekonomi dan politik. Pemuda sebagai
generasi penerus dan pemegang tali kekuasaan, harus melawan segala kerbobrokan
yang ada. Baik di area sosial atau pun politik. Apalagi bila menjadikan Sumpah
Pemuda sebagai semangat juang bagi pemuda saat ini.
3.
Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda
sebagai pilar penggerak, pengawal jalannya reformasi, dan pembangunan sangat
diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dapat memainkan
peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan.
Terutama untuk peran serta mereka dalam konteks pembangunan daerah.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan penulis di atas, maka penulis memberikan saran kepada:
1.
Pemuda, sudah Saatnya pemuda menempatkan diri sebagai agen
sekaligus pemimpin perubahan. Pemuda harus memperjuangkan cita-cita bangsa
melalui perjuangannya. Generasi muda yang relatif bersih dari berbagai
kepentingan akan menjadi asset yang potensial dan mahal dimasa depan. Saatnya
pemuda memimpin perubahan. Pemuda yang tergabung dalam berbagai Organisasi
Kemasyarakatan, pemuda yang memiliki persyaratan awal untuk memimpin perubahan.
Pemuda harus bersatu dalam kepentingan yang sama (common interest) untuk suatu
kemajuan dan perubahan.
2.
Pemerintah, agar turut serta memberikan pelayanan
kepemudaan, karena pembangunan kepemudaan dilaksanakan dalam bentuk
pelayanan kepemudaan.
3.
Masyarakat umum, merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari
perkembangan pemuda, karena masyarakat
beserta pemerintah berkewajiban untuk bersinergi dalam
melaksanakan pelayanan kepemudaan.
[3]
Lucy Yosita, Kepemimpinan Pemuda Indonesia, Apakah Akar Permasalahannya?
(Pemenang Hiburan 3 dalam Lomba Menulis Esai Kepemudaan, memperingati Hari
Sumpah Pemuda ke-78, 28 Oktober 2006, yang diadakan oleh Menpora bekerjasama
dengan Forum Lingkar Pena (FLP)) h.
1
[4] Wahyuningtiyas, “Defenisi Pemuda”, (Online), tersedia: Kamis, 11 Desember 2008, http://wahyuningtiyas.blogspot.com/2008/12/pengertian-pemuda-menurut-kamus.html. (29
November 2011)
[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kedua, (Jakrta: Balai Pustaka, 1994) h. 745
[8] Syadia, Pengertian
Sejarah, (Online), tersedia: http://syadiashare.com/definisi-sejarah-dan-keterangannya.html, (18 Desember 2011)
[9]______, Tonggak
Sejarah Perjuangan Nasional, (online), tersedia: 27 Oktober 2011 (http://halamanputih.wordpress.com/tag/pemimpin-pergerakan-pemuda-indonesia/) (30 November 2011)
[12] Subadi, Sekilas
Tentang Terjadinya Sumpah Pemuda, (Online, 30 Oktober 2009), tersedia: http://www.jambiekspres.co.id/guruku/7661-menakar-kadar-nasionalisme-pemuda-indonesia-saat-ini.html. 12 Desember 2011.
[13]Agus Komarudin, Strategi
Pelayanan Kepemudaan, Makalah disampaikan pada
Rapat
Koordinasi Bidang Kepemudaan Sekretariat Daerah Pemprov Sumatera Barat,
(Padang, 27 Juli 2011)
[14] Barry
Prima, Pemuda dan Pergerakannya, (Online, 16 Juli 2011), tersedia: http://prima8.wordpress.com/2011/07/16/pemuda-dan-pergerakannya/, (12 Desember 2011)
[15] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kedua, (Jakrta: Balai Pustaka, 1994) h. 826.
[16] Wahyuningtiyas, “Defenisi Pemuda”, (Online), tersedia: Kamis, 11 Desember 2008, http://wahyuningtiyas.blogspot.com/2008/12/pengertian-pemuda-menurut-kamus.html. (29
November 2011)
[17] M. Hariman Bahtiar, Pemuda
dan Tantangan Masa Depan, (Online), tersedia: http://kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/175-pemuda-dan-tantangan-masa-depan-.html (12 Desember 2011)
[18] Mas’oed Abidin, Cara
Menghdapi Tantangan Budaya Global di Abad ke 21, (Online), tersedia: http://saripedia.wordpress.com/2010/09/24/cara-menghadapi-tantangan-budaya-global, (12 Desember 2011)
[20] Barry Prima, Pemuda dan Pergerakannya, (Online, 16 Juli 2011),
tersedia: http://prima8.wordpress.com/2011/07/16/pemuda-dan-pergerakannya/, (12 Desember
2011)
[21] Syahrial Bakhtiar, Membangun
Karakter Pemuda, makalah disampaikan pada Rakor Bidang Kepemudaan Provinsi
Sumatera Barat, (Hotel Pangeran City, 28 Juli 2011)
[23] Minangkabaunews, Peran
Pemuda Makin Diharapkan, (Online, 25 Oktober 2011), tersedia: http://minangkabaunews.com/detail_berita.php?id=1345-peran-pemuda-makin-diharapkan.html, (12
Desember 2011)
[24] Padang Ekspres, Pemuda
Sumbar Harus berkarakter, (Online, 13 November 2011), tersedia: http://irwanprayitno.info/berita/aktual/1321149829-pemuda-sumbar-harus-berkarakter.htm,
(12 Desember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar