Yhohannes Neoldy. Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 26 Oktober 2025

Duduak Salapiak Sa Alam Minangkabau: Niniak Mamak Padang Kuniang Bangkit Menegakkan Sako dan Mempertahankan Pusako


Padang Kuniang, Minggu 26 Oktober 2025.
Dalam semangat menjaga marwah dan warisan leluhur, sebanyak 360 orang dari berbagai penjuru ranah Minang menghadiri Musyawarah Adat “Duduak Salapiak Sa Alam Minangkabau” yang digelar oleh Niniak Mamak Nan XII Pasukuan Padang Kuniang di Masjid Muslimin Padang Kuniang, Nagari Situjuah Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota. 
Kamis, 16 Oktober 2025

Lima Belas Menit Pertama Bersama Guru Biologi SMP N 1 BATUSANGKAR

(Wajah Pendidikan di Era 90-an)

Masih teringat jelas, setiap pagi di awal tahun 90-an, sebelum matahari naik sempurna, halaman sekolah sudah ramai oleh langkah kecil yang tergesa. Suara sandal jepit bercampur tawa, bau tanah basah, dan angin pagi yang membawa kabut tipis dari sawah. Namun di antara semua itu, ada satu hal yang paling ditakuti sekaligus dihormati oleh murid-murid: lima belas menit pertama bersama Guru Biologi. 
Rabu, 15 Oktober 2025

“Guru yang Menampar, Orang Tua yang Melapor. Di Mana Letak Didikan Kita?”

Seorang kepala sekolah, Dini Fitria, kini harus berhadapan dengan hukum.
Bukan karena korupsi.
Bukan karena menyalahgunakan jabatan.
Tapi karena menampar muridnya yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah.
Jumat, 10 Oktober 2025

Bersama Membangun Sumatera Barat Sejahtera dan Maju(Opini dalam rangka HUT ke-80 Provinsi Sumatera Barat, 1 Oktober 2025)

Delapan puluh tahun perjalanan Sumatera Barat bukanlah waktu yang singkat. Sejak ditetapkan sebagai provinsi pada 1 Oktober 1945, ranah Minang telah menjadi bagian penting dari denyut nadi kebangsaan Indonesia. Dari lembah-lembah hijau dan bukit-bukit yang menjulang, dari surau-surau kecil hingga balai adat nan megah, Sumatera Barat melahirkan tokoh-tokoh besar yang menjadi penggerak sejarah bangsa: Soekarno dan Hatta mengumandangkan kemerdekaan dengan semangat yang juga dibesarkan oleh nilai “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”; Sutan Syahrir dan Tan Malaka menyalakan api intelektual dan perlawanan dari tanah Minangkabau yang cinta kemerdekaan dan keadilan.

Adat Basondi Syarak, Syarak Basondi Kitabullah. Kata Nan Elok, Tapi Nan Dikhianati


“‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.’ Frasa yang sering menghiasi VISI dan MISI kepala daerah di Sumatera Barat ini terdengar indah bagai manisnya sirup di atas lontong pagi. Ternyata di Sumatera Barat, kalimat “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” telah menjadi mantra wajib dalam setiap visi dan misi kepala daerah. Dari jauh, ia terdengar mulia, menggetarkan hati rakyat, seakan pemimpin benar-benar menghormati adat dan syarak. Namun, tarik tirai, buka mata, dan lihat kenyataannya: banyak yang gagah di poster, tapi hilang nyali ketika berhadapan dengan Kaum Adat.
           
By :YNW